Misteri Jatuhnya Pesawat Di Kawasan Sibayak

     Nama Gunung Sibayak yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian mencapai 2.212 meter dari permukaan laut (mdpl), tidak saja dikenal sebagai gunung aktif yang menarik minat para wisatawan nusantara dan mancanegara. Lebih dari itu, gunung yang juga dikenal banyak memakan korban wisatawan nusantara maupun mancanegara yang mendaki ini, sekaligus tempat bersemayamnya rongsokan 5 jenis pesawat terbang.

  Catatan Waspada, kelima rongsokan pesawat tersebut terdiri dari 3 pesawat udara dan 2 helikopter. Ketiga pesawat ini yaitu :


  • Pesawat Fokker F-28 milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang dikemudikan oleh Kepten A.E. Lontoh dalam penerbangannya dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang menuju Bandara Polonia, Medan yang hancur setelah menabrak dinding Gunung Pertektekan, anak Gunung Sibayak dalam pendekatan (approaching) untuk mendarat di Bandara Polonia, Medan pada 11 Juli 1979. Kesemua 4 awak dan 57 penumpangnya tewas.
  • Pesawat Hercules C-130H nomor ekor T-1322 milik TNI AU jatuh di kawasan Embusan Sigedang Gunung Sibayak pada 21 November 1985. 
 
  • Pesawat komersil milik Garuda Indonesia 512 jenis Airbus A300-B4 nomor ekor PK-GAI, yang jatuh dan terbakar setelah menabrak pepohonan di kawasan Desa Buah Nabar di balik Gunung Sibayak, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang (sekitar 32 km dari bandara Polonia dan 45 km dari kota Medan) saat hendak mendarat di Bandara Polonia pada 26 September 1997. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 222 orang dan 12 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Indonesia. 

(Makam bagi korban kecelakaan pesawat Garuda GA-152 di Polonia, Medan)
        Sedangkan dua helikopter masing-masing, milik perusahaan Pertamina yang jatuh di kawasan deleng Singkut pada 1975, serta helikopter TNI AD jenis Bolcow BO 105 yang dinyatakan hilang 22 Agustus 1994, dan ditemukan reruntuhannya pada 2 April 1996.

  Semua korban kecelakaan pesawat umumnya meninggal dunia dan telah dievakuasi tim SAR, namun reruntuhan bangkai pesawat tetap dibiarkan bersemayam di dalam hutan kawasan Gunung Sibayak. Hal ini terpaksa dilakukan karena medan yang dilalui cukup berat, sehingga untuk penyidikan biasanya yang dibawa keluar hanya beberapa keping dari reruntuhan pesawat tersebut.

  Peristiwa naas pesawat yang melintasi kawasan Gunung Sibayak, banyak dikaitkan masyarakat dengan cerita mistis masyarakat Desa Doulu, Kec. Berastagi dan Desa Semangat Gunung, Kec. Merdeka tentang daerah terlarang di kawasan Deleng Pertekteken (Gunung Pertektekan).

  Menurut cerita masyarakat kedua desa tersebut, wilayah Deleng Pertekteken dianggap banyak masyarakat sebagai tempat keramat dan angker, karena merupakan tempat pembuangan segala ilmu/ajian yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki ilmu pengobatan yang cukup tinggi, lazim disebut “Guru Pertawar Reme.” Ia melakukan sumpah dan meletakkan seluruh ilmu yang dimilikinya karena lupa mengobati kedua anak gadisnya bernama Tandang Suasa dan Tandang Kumerlang yang meninggal dunia karena sakit. Lebih mengecewakannya lagi, jasad kedua anak gadis kesayangannya juga tidak ditemukannya, sehingga Guru Pertawar Reme menjadi kesal dan kecewa, dan menganggap ilmu yang dimiliknya tidak berguna lagi, lalu membuang seluruh ilmu pengobatan itu di tempat ini.
  “Dalam sumpahnya, ada rasa penyesalan karena melupakan kedua anaknya,” ungkap si empu cerita.
  Sehingga apa saja yang melintas di atas kawasan ini, akan jatuh ke tanah dan langsung menemui ajalnya.

  Sumpah ini sering menjadi kenyataan, karena setiap burung yang melintasi wilayah itu sering jatuh tanpa diketahui penyebabnya. Dan sampai hari ini, masih banyak masyarakat meyakini cerita itu.
  “Bahkan tidak jarang pula masyarakat melaksanakan upacara (ritual) di lokasi itu hingga kini,” ujar Posman Surbakti (40), warga Desa Doulu.

(Sebagian masyarakat memberikan sesaji seperti bunga, buah-buahan, dsb, di Pertektekan)
Jatuhnya sejumlah pesawat di kawasan Gunung Sibayak, sering dikaitkan masyarakat dengan legenda dan sumpah Guru Pertawar Reme, namun bagi sekelompok masyarakat lain menganggap bahwa jatuhnya sejumlah pesawat terbang di kawasan Gunung Sibayak diakibatkan oleh faktor cuaca yang buruk, diikuti seringnya kabut tebal melanda daerah pegunungan di Tanah Karo.

  Selain cuaca, posisi lapangan udara Polonia yang berada tidak jauh dari balik Gunung Sibayak bisa menjadi penyebab pesawat terbang langsung menabrak bagian Gunung Sibayak. Jawabnya terpulang kepada ahlinya, namun yang pasti evakuasi korban telah dilakukan dan saat ini di kawasan Gunung Sibayak bersemayam 5 rongsokan bangkai pesawat terbang dan helikopter yang menjadi saksi bisu sejumlah peristiwa penerbangan di Sumatera Utara.


***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Lagu Papinka Terlengkap (Download Papinka Discography)